|
Prof. Haroon Mustapha
Leon(Ahli bahasa, ahli geologi dan
pengarang)
Salah satu keagungan Islam ialah bahwa Islam itu
berdiri di atas akal dan pikiran, dan tidak menuntut supaya para penganutnya
membekukan kemampuan mereka berpikir. Dalam hal ini Islam berbeda dengan
kepercayaan-kepercayaan lain yang mengharuskan kepada para pengikutnya supaya
percaya saja secara membuta kepada aliran-afiran dan dogma-dogma tertentu, cukup
dengan menyerahkan diri kepada kekuasaan Gereja. Sedangkan Islam menganjurkan
supaya orang berpikir lebih dahulu sebelum sampai kepada iman.
Rasulullah s.a.w. yang mulia telah
bersabda: "Allah tidak mencipta sesuatu yang lebih baik dari pada akal.
Keuntungan yang Allah berikan adalah atas perhitungan akal, dan ilmu
pengetahuan/pengertian adalah 'anak' dari akal."
Di lain kesempatan, beliau telah bersabda: "Sungguh
saya katakan kepadamu bahwa orang yang melakukan sembahyang, puasa, membayar
zakat, haji dan lain-lain amal salih, tidak akan diberi pahala lebih dari
kekuatan akal dan pikirannya."
Perumpamaan tentang talent/bakat yang dikemukakan
oleh Sayidina Isa a.s. (Yesus) cocok sepenuhnya dan sejalan tepat dengan ajaran
Islam yang selengkapnya berbunyi: "Cobalah dulu segala
sesuatu, dan peganglah kuat-kuat sesuatu yang baik." Dalam Al-Qur'an
Surah Jum'at, "Allah Yang memberi segala kebaikan dan ni'mat telah memberikan
perumpamaan tentang orang-orang yang tidak menggunakan akal dan pikirannya dan
bertaklid buta, bahwa mereka itu "seperti himar membawa buku":
Perumpamaan mereka yang diberi Taurat,
kemudian tidak mengamalkannya itu seumpama himar membawa buku. Alangkah buruknya
perumpamaan orang-orang yang tidak mempercayai ayat-ayat Allah, dan Allah tidak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. -- Al-Jumu'ah 5.
Diriwayatkan pula bahwa Khalifah Ali yang bangsawan
dan terpelajar telah bersabda: "Dunia ini gelap, dan ilmu merupakan cahaya. Akan
tetapi ilmu tanpa kepercayaan hanyalah bayangan belaka."
Kaum Muslimin mempunyai keyakinan bahwa kata
"Islam" itu synonym (sama artinya) dengan kata "kebenaran/kepercayaan", dan di
bawah sinar Islamlah cahaya ilmu dan akal orang dapat menemukan kebenaran. Akan
tetapi untuk mengemukakan ilmu yang mengandung kebenaran itu, orang harus
mempergunakan kurnia Allah kepada dirinya yang berupa kemampuan berpikir
logis.
Rasul kita yang mulia telah menunjukkan
keindahan kata-katanya yang menerobos masuk ke dalam jiwa para pendengarnya
beberapa hari sebelum beliau wafat. Pada waktu Rasul Agung Penutup semua Nabi
dan Rasul, yang atas kebijaksanaan Allah yang bersifat Welas Asih diutus untuk
memberi petunjuk kepada ummat manusia ke jalan yang benar dan lurus, sewaktu
beliau menelentang di atas pangkuan Siti Aisyah r.a. dikelilingi oleh kaum
Muslimin Madinah dalam jumlah yang amat besar, pemuda dan pemudi, pria dan
wanita, bahkan anak-anakpun turut hadir, di mana setiap wajah menunjukkan
kecintaannya yang ikhlas kepada Nabi dan Rasul pilihan, dengan air mata
bercucuran, termasuk air mata para pahlawan yang tidak pernah gentar menghadapi
musuh dalam perjuangan menegakkan Islam; mereka berkerumun melihat Pemimpin,
sahabat, guru yang kekasih, bahkan seorang Rasul Allah untuk mereka, yang telah
mengeluarkan mereka dari kegelapan khurafat menuju cahaya kebenaran yang terang
benderang. Beliau sedang berangsur-angsur mendekati batas perjalanan hidupnya
yang telah ditentukan Allah s.w.t. dan akan meninggalkan mereka untuk tidak
kembali lagi. Tidak heran jika terjadi hujan air mata, semua hati tertimpa
kesedihan yang amat berat. Dalam suasana kesedihan yang sedang mencekam berat
itulah, salah seorang yang hadir bertanya: "Ya
Rasulallah! Tuan sekarang sedang sakit yang sebentar lagi akan mengantar Tuan ke
Hadirat Tuhan. Apakah yang harus kami lakukan?"
Menjawab pertanyaan itu beliau bersabda:
"Pada kamu ada Al-Qur'an."
Para Sahabat berkata: "Benar, ya Rasulallah. Pada
kami ada Kitabullah penerang hati, dan di hadapan kami ada petunjuk yang tidak
mungkin salah. Akan tetapi selama ini setiap kali timbul persoalan, kami bisa
bertanya, mohon petunjuk dan pendapat Tuan. Sesudah nanti Tuan dipanggil Allah
ke Hadirat-Nya -- Ya Rasulallah - di manakah kami dapat menemukan
petunjuk?"
Sabda beliau: "Kamu harus berpegang kepada
Sunnahku."
Seorang hadirin bertanya pula: "Akan tetapi ya
Rasulallah, sesudah Tuan wafat, akan timbul beberapa kejadian atau persoalan
yang tidak pernah terjadi selama Tuan masih ada. Jika demikian, apakah yang
harus kami lakukan, dan apa pula yang harus dilakukan oleh orang-orang yang
hidup sesudah kami?"
Mendengar pertanyaan ini, beliau perlahan-lahan
mengangkat kepala, sedangkan dari wajahnya memancar cahaya ke-Nabian dan dari
matanya keluar sorot semacam kilat. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah
s.w.t. telah memberikan petunjuk kepada setiap manusia, yaitu hatinya, dan
memberikan penunjuk jalan, yaitu akalnya. Pergunakanlah keduanya dalam segala
hal, pastilah kamu mendapat petunjuk ke jalan yang lurus, dengan karunia
Allah."
Tentang Pengarang : Prof Haroon Mustapha Leon
M.A. Ph.D. LLD FSP
Prof. Haroon Mustapha Leon memeluk agama Islam pada
tahun 1882. Beliau telah memperoleh banyak gelar keilmuan. Anggota kehormatan
dari bermacam-macam masyarakat kaum cendekiawan Eropa dan Amerika. Beliau
seorang ahli yang menonjol dalam bidang ilmu bahasa-bahasa (Philologist) dan
telah menulis beberapa artikel tentang asal-usul bahasa dari berbagai bangsa
(Etymology of The Men's Language) yang diakui mutunya oleh lembaga-lembaga kaum
cendekiawan, sehingga The Potomac University (Amerika Serikat) telah
menganugerahkan kepadanya gelar M.A. Dr. Leon juga seorang geologist dan sering
memberikan ceramah keilmuan dan kesusasteraan di muka berbagai kalangan
terpelajar. Beliau menjabat Sekretaris Jendral Universitas "La Societe
Internasionale de Philologie, Sciences et Beaux-Arts" yang didirikan pada tahun
1875, dan redaktur majalah ilmiah "The Philomate" yang diterbitkan di London.
Beliau juga telah menerima medali dari Sultan Abdul Hamid Khan, dan Syah Iran
dan dari Kaisar Austria. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar