|
Al-Haj Lord Headly
Al-Farooq (Seorang Bangsawan, Negarawan dan
Pengarang)
Mungkin ada kawan-kawan saya yang mengira bahwa
saya telah terpengaruh oleh orang-orang Islam. Dugaan itu tidak benar, sebab
kepindahan saya kepada agama Islam adalah timbul dari kesadaran saya sendiri,
hasil pemikiran saya sendiri.
Saya telah bertukar pikiran dengan orang-orang
Islam terpelajar tentang agama hanya terjadi beberapa minggu yang lalu. Dan
perlu pula saya kemukakan bahwa saya sangat bergembira setelah ternyata bahwa
semua teori dan kesimpulan saya persis seluruhnya cocok dengan Islam.
Kesadaran beragama, sebagaimana yang ditegaskan
oleh Al-Qur'an, harus timbul dari kebebasan memilih dan putusan yang spontan,
dan tidak boleh ada paksaan. Mengenai hal ini, Jesus Al-Masih menyatakan kepada
para pengikutnya:
"Dan orang tidak akan dapat menerima kamu
atau memperhatikan kata-kata kamu, apabila kamu meninggalkan dia." -- Injil
Markus, VI, 2.
Saya banyak mengetahui tentang aliran Protestan
yang fanatik, yang berpendapat bahwa kewajiban mereka ialah mendatangi
rumah-rumah orang Katolik Roma untuk mengusahakan supaya kawan-kawan
se-"kandang"-nya itu bertaubat. Tidak bisa diragukan lagi bahwa tindakan yarig
menyolok ini, adalah suatu tindakan yang tidak jujur, bahkan setiap jiwa yang
murni akan mengutuknya, karena hal itu dapat membangkitkan
pertentangan-pertentangan yang menodai keluhuran agama. Maaf saya katakan, bahwa
kebanyakan misi Nasrani juga telah mengambil langkah-langkah yang sama terhadap
saudara-saudaranya yang memeluk agama Islam. Saya tidak habis pikir; mengapa
mereka selalu berusaha memurtadkan orang-orang yang pada hakekatnya lebih dekat
kepada ajaran Jesus yang sebenarnya dari pada mereka sendiri?! Saya katakan
demikian, sebab dalam hal kebaikan, toleransi dan keluasan berpikir dalam akidah
Islam lebih dekat kepada ajaran Kristus, dari pada ajaran-ajaran sempit dari
Gereja-gereja Kristen sendiri.
Sebagai contoh ialah Kredo Athanasia yang mengecam
akidah Trinitas dengan keterangannya yang sangat membingungkan. Aliran ini yang
sangat penting dan berperanan menentukan dalam salah satu ajaran pokok dari
Gereja, menyatakan dengan tegas bahwa dia mewakili ajaran Katolik, dan kalau
kita tidak percaya kepadanya, kita akan celaka selama-lamanya. Tapi kita
diharuskan olehnya supaya percaya kepada akidah Trinitas. Dengan kata lain. Kita
diwajibkan beriman kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Agung, kemudian pada
waktu yang sama kita diharuskan menutupinya dengan kezaliman dan kekejaman,
seolah-olah kita menutupi manusia paling jahat. Sedangkan Allah swt. amat jauh
dari kemungkinan bisa dibatasi oleh rencana manusia lemah yang mempercayai
akidah Trinitas atau Tatslits.
Masilh ada satu contoh lagi tentang kemauan berbuat
baik. Saya pernah menerima surat --tentang kecenderungan saya kepada Islam--
dimana penulisnya menyatakan bahwa apabila saya tidak percaya kepada ke-Tuhan-an
Yesus Kristus, saya tidak akan mendapat keselamatan. Pada hal soal ke-Tuhan-an
Yesus itu menurut pendapat saya tidak sepenting soal: "Apakah Yesus Kristus
telah menyampaikan Risalah Tuhan kepada manusia atau tidak?" Jika saya meragukan
soal ini, pastilah pikiran saya akan tergoncang. Akan tetapi, alhamdulillah,
saya tidak ragu-ragu sedikitpun, dan saya harap bahwa kepercayaan saya kepada
Yesus dan segala ajarannya tetap kuat seperti keyakinan setiap orang Islam atau
setiap pengikut Yesus Kristus. Sebagaimana yang sering saya kemukakan bahwa
agama Islam dan agama Kristen yang diajarkan oleh Yesus sendiri, adalah laksana
dua saudara sepupu. Antara kedua agama itu hanya berbeda dengan adanya
dogma-dogma dan tatacara yang mungkin tidak diperlukan.
Sekarang ini manusia sudah mulai menjurus kepada
ketiadaan iman kepada Allah s.w.t. manakala mereka diminta supaya percaya kepada
dogma-dogma dan kepercayaan-kepercayaan yang berpandangan sempit, dan dalam
waktu yang bersamaan manusia haus kepada suatu agama yang dapat berbicara kepada
akal dan athifah (sentiment) kemanusiaan.
Siapakah yang pernah mendengar bahwa seorang Muslim
menjadi seorang atheist? Memang mungkin ada beberapa kejadian, tapi saya sangat
meragukannya. Saya tahu ada beribu-ribu orang pria dan wanita, yang dalam
hatinya adalah Muslim, akan tetapi secara biasa mereka tidak berani mengemukakan
isi hatinya secara terang-terangan, dengan maksud supaya bisa menghindari
gangguan-gangguan dan kesulitan-kesulitan yang akan dialami kalau mereka
menyatakan ke-Islamannya secara terbuka. Justru saya sendiri mengalami yang
demikian itu selama 20 tahun dalam keimanan saya secara terang-terangan yang
telah menyebabkan hilangnya pikiran baik dari teman-teman saya.
Saya telah menerangkan alasan-alasan saya, mengapa
saya menghormati ajaran-ajaran Islam, dan saya umumkan bahwa saya sendiri telah
memeluk Islam lebih baik dari pada sewaktu saya masih seorang Kristen. Saya
hanya bisa mengharap bahwa kawan-kawan saya mau mengikuti contoh ini yang saya
tahu adalah suatu contoh yang baik, yang akan membawa kebahagiaan kepada setiap
orang yang memandang langkah hidup saya sebagai suatu kemajuan dan jauh dari
bersifat bermusuhan terhadap agama Kristen.
Tentang Pengarang : Lord Headly
Al-Farooq
Lord Headly Al-Farooq dilahirkan pada tahun 1855.
Beliau adalah seorang bangsawan Inggris, negarawan dan pengarang. Belajar pada
Universitas Cambridge dan menjadi seorang bangsawan pada tahun 1877, mengabdikan
diri dalam kemiliteran dengan pangkat Kapten, dan terakhir sebagai Letnan
Kolonel dalam Batalion IV Infanteri di North Minister Fusilier. Walaupun beliau
seorang insinyur, beliau berkecimpung juga dalam bidang kesusastraan. Beliau
pernah menjabat sebagai Redaktur s.k. "Salisbury Journal" dan banyak mengarang
buku-buku, dan yang paling terkenal ialah "A Western Awakening to
Islam".
Beliau telah menyatakan ke-Islaman-nya pada tanggal
16 Nopember 1913 dan berganti nama menjadi Syaikh Rahmatullah Al-Farooq. Beliau
banyak melakukan perjalanan, dan pernah mengunjungi India pada tahun
1928. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar